Jumat, 11 Juli 2014

Naskah drama untuk SD Bumitama 2013



“AIR SUSU DIBALAS DENGAN AIR TUBA”

Cerita : Zainuri
Pembimbing Pengembangan Diri Drama dan Teater
Tokoh-tokoh :
a)      Bapak    : sabar dan pekerja keras ( Pak Salim )
b)      Ibu         : lemah lembut dan kasih sayang ( Bu Salim )
c)       Anak      : egois dan tidak pernah membalas budi ( Tejo )
d)      Pengantar Surat ( PS ) : sopan dan ramah ( Iwan )

ADEGAN PERTAMA
Setting : Di dalam rumah yang sederhana, berisikan meja dan empat buah kursi
Waktu   : Siang hari saat makan siang

Anak         : sambil menggebrak meja makan “ Makanan apa ini bu, kok tidak enak sekali, mana gak ada gizinya lagi, uuuuuh  .”
Ibu            : dengan nada lembut ,“ ya makanan ini yang dapat ibu masak nak, hasil jerih bapak bekerja hanya cukup buat makanan ini saja”.
Anak         : dengan nada marah, “ bu . . . kalau tiap hari aku makan seperti ini terus, manamungkin aku bisa pintar jadi dokter, makanan yang tak bergizi, tiap hari tempe tahu tempe tahu terus, makanan yang sehat itu harus memenuhi empat sehat lima sempurna bu. . ! “.
                   ( sambil membanting piring lalu pergi keluar rumah)
Ibu            : sang ibu kaget mendengar suara piring , dengan keadaan sedih dan menangis, ibu  memunguti dan membersihkan piring yang jatuh “ kenapa engkau tega seperti ini nak, ibu sudah berusaha agar kamu bisa makan yang enak dan bergizi, tapi hanya ini kemampuan ibu”.
Bapak       : dengan mengelap wajah yang penuh keringat , masuk rumah dan  menghampiri ibu “  ada apa tho bu ? kenapa meja makannya berantakan seperti ini”.
Ibu            : sambil menangis “ anak kita tidak mau makan makanan seperti ini pak, katanya makanan seperti ini tidak ada gizinya”.
Bapak       : dengan nada marah dan sedih “ astaqfirulloh ya Alloh, anak tak tau balas budi, susah payah kita bekerja untuk mencari uang buat makan sehari-hari, beginikah balasannya ? apa dia tidak berfikir, kita itu orang miskin, bisa makan nasi dengan lauk tempe saja sudah syukur, kok malah ngomong begitu”.
Ibu            : “ Sabar pak ! bagaimanapun Tejo anak kita satu-satunya, dulu kita sudah berjanji akan selalu menyayangi dan membahagiakannya, apapun keadaan kita pak”.
Bapak       : dengan suara lembut “benar bu . .  . mungkin ini sudah menjadi takdir cobaan dari Alloh, agar kita lebih giat bekerja lagi, besok bapak akan tarik becak setelah kerja kuli, biar dapat uang lebih biar kita dapat membelikan makanan yang enak dan bergizi tuk anak kita”.
Ibu            : “ mudah-mudahan besok dapat rezeki yang melimpah pak”.
Bapak       : “ ammiin ya Alloh”
ADEGAN KEDUA
Setting     : didalam rumah pak salim
Waktu      : sore hari menjelang magrib

Anak         : “ nah ini makanan yang enak dan bergizi, kalau tiap hari makanannya begini kan aku makan dengan lahab dan bisa berfikir untuk belajar bu, besok masak seperi ini lagi ya bu !”.
Ibu            : “ iya nak, semoga saja kamu nanti menjadi anak yang pintar dan menjadi dokter, seperti yang kamu cita-citakan”.
Anak         : “ ya pastilah bu, aku akan menjadi dokter yang terkenal, asalkan tiap hari aku bisa makan enak seperti ini”. Sambil lalu meninggalkan ibu.

( ibu masih beres-beres meja makan, lalu bapak datang dengan keringat yang bercucuran dan rasa lapar, masukrumah)
Bapak       : “ assalamualaikum “
Ibu            : “ wa’alaikum salam”
Bapak       : “ wah laparnya hari ini bu, tadi pagi sampai sore bapak belum makan sama sekali, tadi mau makan siang malah banyak penumpang yang antri mau naik becak bapak”.
Ibu            : dengan menangis “ maaf pak . . . . semua nasi dan lauk yang ibu masak sudah habis dimakan Tejo anak kita, ibu juga belum makan. Tadi Tejo merasa makanan yang ibu buat enak, makanya tadi makan dengan lahap dan tidak ada yang tersisa”.
Bapak       : “ ya gak apa-apa bu, Alhamdulillah Tejo mau makan masakan ibu, biar bapak cari singkong dibelakang rumah, mungkin ada yang bisa kita makan”.
Ibu            : “ iya pak, hati-hati hari sudah mulai gelap”.

ADEGAN KETIGA
Setting     :di depan rumah pak salim, sedang duduk bu salim sambil menapi beras.
Waktu      : pagi hari di saat anak-anak mulai belajar di sekolah.

(Hari berganti hari telah berlalu, tak terasa sudah tiga tahun berlalu)
PS              : “ Assalamualaikum bu”
Ibu            : “ wa’alaikum salam, eh nak iwan, “
PS              : “iya bu, maaf menganggu sebentar bu, begini saya di tugaskan oleh kepala sekolah untuk mengantarkan surat ini kepada bapak dan ibu selaku wali murid dari Sutejo”.
Ibu            : dengan penasaran“ surat apa ini nak?”.
PS              : dengan sopan “ oh ini surat undangan untuk pengambilan ijasah sekaligus acara perpisahan untuk siswa kelas 3 SMA Guna Bangsa”.
Ibu            : “ trimakasih ya nak, mari masuk kerumah dulu, biar ibu buatkan minum”.
PS              : “ iya bu, sama-sama, . . . maaf masih banyak surat yang harus saya antarkan segera, lain kali saja saya akan mampir, permisi bu, assalamualaikum”.
Ibu            : “ wa’alaikum salam, hati-hati nak”
ADEGAN KEEMPAT
Setting     : rung tengah rumah pak salim
Waktu      : sore hari setelah magrib

( ketika sore hari, berkumpullah keluarga pak salim, mereka duduk santai diruang tengah, yang hanya ada satu meja dengan empat kursi )
Ibu            : dengan nada lembut, “ pak. . . .  Ini tadi ada surat undangan dari sekolahnya si Tejo”. Sambil menyodorkan surat tersebut.
Bapak       : “ Oh undangan ya bu,” sambil membuka dan membaca dalam hati “ hari kamis tanggal 25 juli, jam 10.00 WIB”.
Anak         : “ Undangan apa itu pak?”
Bapak       : dengan nada yang lemah lembut, “ ini undangan untuk wali murid dalam acara perpisahan disekolahan mu nak”.
Anak         : “ oh itu. . . . . ., ya nanti kalau bapak dan ibu datang, pakai pakean yang bagus dan bersih pak, biar saya nanti tidak malu sama teman-teman Tejo”.
Bapak       : “ iya nak, bapak dan ibu akan memakai pakaian yang paling bagus”.
Anak         : “ nah begitu pak, aku kan jadi senag, . . . . . . . . pak bu, Tejo mau nonton TV dirumah Rio dulu ya, acaranya bagus, dirumah gak ada TV gak asyik sama sekali”. (sambil melangkah pergi keluar)
Ibu            : “iya nak, hati-hati dan jangan pulang larut malam”.

ADEGAN KELIMA
Setting     : kamar tidur , pak salim sedang berkaca di depan cermin
Waktu      : pagi hari menjelang siang

(Hari berganti hari, tak terasa sdh tanggal 25 juli jam 08.30 WIB, pak Salim dan bu salim sedang sibuk mempersiapkan pakaian yang akan dikenakan untuk menghadiri acara perpisahan SMA Guna Bangsa)
Bapak       : sambil memegangi baju yang dipakainya, “ bu .. . . . bagaimana baju yang bapak pakai ini, apakah layak tuk acara nanti?”.
Ibu            : “ iya layak lah pak, wong ya tidak ada yang sobek “.
Bapak       : “ tapi . . . . . . . . .apakah sudah pantas bu?”.
Ibu            : “ ya pantas tidak pantas pak, ini kan baju yang terbaik yang bapak punya, baju yang bapak pakai waktu kita nikah dulu kan”.
Bapak       : “ memang bu, jangankan membeli baju yang bagus, membeli beras untuk makan tiap hari saja sudah susah,  . . . . . .. . . ., ibu pakai baju apa ?”.
Ibu            : “ iya sama pak  . . . .ibu pakai kebayak yang bapak berikan untuk mas kawin pernikahan kita dulu”.
Bapak       : “ wah ayo bu, lekas berangkat , nanti kita bisa terlambat bu”.sambil pergi keluar kamar”


ADEGAN  KELIMA
Setting     : rumah pak salim
Waktu      : siang hari

Acara sedang berlangsung, pak salim dan bu salim menghadiri undangan tersebut tepat pada waktunya, dalam acara tersebut , Tejo diumumkan lulus dan memperoleh nilai Ujian Nasional tertinggi sepropinsi  jawa barat, serta mendapat beasiswa kuliah di ITB . setelah selesai acara tersebut , bapak dan ibu salim pulang kerumah dengan hati yang bangga dan senang hati, serasa mendapat durian runtuh.

Ibu            : “ Alhamdulillah pak, anak kita mendapat nilai yang terbaik, dapat beasiswa pula, trimakasih ya Alloh”.
Bapak       : “ iya bu,. . …. ….alhamdulillah, serasa semua jerih payah bapak selama ini lunas terbayarkan, bapak bangga pada anak kita bu”.
(Terdengar suara pintu yang di hentakkan, ternyata Tejo masuk rumah dengan wajah kesal dan marah.)
Bapak       : “ ada apa nak?, apakah kamu tidak senang dengan prestasi mu nak?”
Anak         : “ ahhhhhhhhh , . . . . .. .Tejo kesal sama bapak dan ibu”.
Ibu            : “ lho kesal bagaimana nak ?, apa bapak ibu tadi datang terlambat.
Bapak       : “ ah ya gak mungkinlah bu, kita tadi kan datang tepat waktu”.
Anak         : dengan nada membentak, “ bukan itu pak”.
Ibu            : dengan nada lembut “ lantas apa nak”.
Anak         : dengan marah, “ aku kan sudah bilang agar bapak dan ibu memakai pakaian yang bagus, bukan seperti ini bu”
Ibu            : “ lha kenapa nak ?, inilah pakaian yang terbaik milik bapak dan ibu nak” ( sang ayah hanya duduk termenung dan sedih)
Anak         : “ ah ibu kan bisa pinjam baju, atau sewa pakaian, acara tadi adalah acara yang istimewa bagi aku bu, aku tadi malu sekali sama teman-teman, mereka banyak yang ngomong, orang tua kolot, deso, katrok, apa bapak ibu gak liat , bagaimana orang tua temen-temen saya yang hadir tadi,. . . . . . . semua berpakaian rapi dan bagus, berdasi pula, sedangkan bapak dan ibu . . . . . . . . ? , aku malu pak bu”. ( dengan rasa kesal, Tejo melampiaskan kekesalannya dengan mengebrak meja dan pergi begitu saja)
Bapak       : sambil bengong dengan perasaan sedih bercampur marah, “ kok jadi begini ya bu ?, bapak rasanya sudah tidak kuat lagi dengan kelakuan anak kita bu, rasanya hancur hati bapak, beginikah balasannya pada kita?,”
Ibu            : “ibu juga binggung pak, kenapa anak kita sampai begini, padahal kita sudah susah payah untuk membahagiakannya, kenapa sampai bisa begini pak, kita hanya bisa bersabar dan berdoa semuga Alloh menyadarkannya”.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas saran dan komentarnya